KUNINGAN, - Kalayudha sebuah karya naskah D. Ipung Kusmawi yang sudah dipentaskan sejak 9 September hingga 8 Oktober 2023 ini memiliki kisah sejarah yang menggali waktu peperangan pada abad ke 7 sekitar tahun 723 an.
Kala memiliki arti waktu, yudha memiliki arti perang. Kalayudha berarti waktu peperangan, peperangan ini tidak hanya secara fisik saja. Tetapi berperang secara nonfisik dengan diri sendiri yakni batin.
Penulis naskah Kalayudha, D. Ipung Kusmawi mengatakan, jika melihat latar waktunya menceritakan peperangan pada abad ke 7 atau sekitar tahun 723 an ketika masa Sanjaya ingin menetapkan kegunawan di Galuh.
"Akan tetapi oleh sang ayah tidak diizinkan. Boleh kegunawan di Galuh asal Sanjaya bisa mengalahkan beberapa kerajaan termasuk di Kuningan. Akhirnya Sanjaya menerima tawaran itu dan menyerang Kuningan, walaupun pada akhirnya Sanjaya mengalami kekalahan. Itu hanya dasar cerita saja yang saya ceritakan pada naskah Kalayudha," ujar Ipung Kusmawi, Rabu (4/10/2023).
Diceritakan Ipung, intinya lebih menggali ada apa saja kondisi sebelum dan sesudah perang. Perang itu bukan sesuatu yang nyaman karena dampak perang itu tidak ada yang bisa membuat manusia nyaman.
"Tetapi kadang kita selalu dihadapkan situasi kondisi perang baik dengan diri sendiri maupun non dirinya sendiri. Kita lebih sering perang dengan diri sendiri, tentu lebih berat, lebih capek atau perang dengan orang lain baik secara fisik maupun nonfisik," kata Ipung.
Kalau fisik, lanjut Ipung, jika menyaksikan pertunjukannya itu saling menyerang menggunakan senjata tajam maupun tombak, jika nonfisik berarti perang batin atau emosi.
"Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari perang batin, judulnya saja Kalayudha. Kala itu waktu, yudha itu perang jadi waktu perang. Sebelum kita melakukan perang fisik pasti diawali perang batin, sederhananya mau menyerang atau tidak," ujarnya.
(Reporter : Hilman Wijaya)
0 Comments