KUNINGAN,- Wayang hakekatnya adalah media seni yang bebas nilai, sampai kemudian dalang memberikannya peran yang menentukan apakah ia berkarakter baik atau buruk. Sejak dulu wayang bahkan sudah merefleksikan kehidupan dan karakter manusia. Karakter ini kerap digambarkan melalui bentuk, raut muka, warna, hingga corak pada wayang.
Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Acep Purnama saat menghadiri kegiatan Safari Pagelaran Wayang Golek di Lokasi ke 4 di Desa Ciniru Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, dalam rangka rangkaian kegiatan Hari Jadi Ke-524 Kuningan, Jumat Malam (16/9/2022).
Lewat sambutannya, Acep menuturkan, di tangan seniman dalang, pagelaran wayang bisa menjadi pertunjukan yang menarik. Tidak hanya menarik sebagai sebuah tontonan, tapi wayang juga juga bisa memberikan laku tuntunan bagi masyarakat.
“Saat mengikuti pertunjukan wayang golek, terlihat bahwa persoalan kehidupan manusia juga tergambar lewat kisah pewayangan. Dan persoalan kita ini juga mirip-mirip di pewayangan, hanya beda ruang dan waktunya saja. Jika kisah wayang ini ditelaah lebih jauh, maka di sana akan ada pilihan solusi ala wayang yang tidak jauh dengan apa yang kita butuhkan saat ini,” kata Acep.
Menurutnya ada rekaman peradaban yang bisa dipelajari dari setiap kisah pewayangan. Itulah sebabnya, substansi wayang dinilai selalu relevan di segala zaman. Sehingga Acep pun berpesan, Pepadi bisa merangkul lebih banyak generasi muda untuk mengenalkan warisan budaya tak benda yang sudah diakui Unesco ini.
“Pepadi sebagai organisasi pedalangan yang menghimpun potensi dalang dan seni pedalangan ini sangat diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam melestarikan dan mengembangkan seni pedalangan dan wayang, khususnya di kalangan generasi muda,” pesannya.
Acep memandang tidak semua orang bisa memahami wayang, terutama generasi muda. Kendala bahasa dan durasi pertunjukannya yang kerap dilakukan semalam suntuk cenderung sudah tidak relevan dengan ritme kehidupan anak muda masa kini.
Sehingga berbagai terobosan perlu ditempuh agar regenerasi wayang bisa tetap berjalan. Estafet kecintaan antargenerasi terhadap seni pedalangan dan pewayangan harus terus bergulir.
Lanjut Bupati Acep, seni wayang golek merupakan seni peninggalan nenek moyang yang punya nilai-nilai luhur serta penuh dengan falsafah kehidupan.
Di dalam mengandung unsur pendidikan, etika serta pesan moral lainnya terkait dengan mahluk kehidupan di alam dunia.
“Seni wayang golek mengandung simbol kehidupan diharapkan menjadi cermin dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan akar jati Sunda.
Oleh sebab itu seni tradisi harus dilestarikan guna menyaring budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya kita,” kata Bupati Kuningan.
Pertunjukan wayang golek dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-524 Kuningan, menghadirkan 3 dalang lokal yaitu Dalim Guna Hudaya Putra (Giri Pawana), Bandi Tresna Sonjaya (Giri Buana), dan Asep.S (Giri Kahuripan).
Bupati Acep mengharapkan, peran dalang harus multi fungsi, artinya tidak hanya dalam membawakan cerita namun harus tajam pendengaran serta penglihatan.
Dalang wayang golek sambungnya, harus peka terhadap kehidupan di sekitar, kehidupan sosial, atau program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat dan pemerintah bisa bersatu guna menyukseskan pembangunan.
(www.kuningankab.go.id)
0 Comments