Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Hadiri Pesta Dadung, Wabup Ajak Masyarakat Jalin Persatuan Dalam Keberagaman Melalui Kebudayaan

For mania mega:


 CIGUGUR- Wakil Bupati Kuningan H. M Ridho Suganda, SH., M.Si, mengajak masyarakat untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada, salah satunya melalui kebudayaan.

“Upacara adat Seren Taun, merupakan warisan budaya asli masyarakat Cigugur yang telah berlangsung selama puluhan tauhun. Disini kita bisa melihat, masyarakat Cigugur yang memiliki latar belakang perbedaan kepercayaan dan profesi, dapat bersatu, bersama-sama menggelar upacara adat ini dengan kompak dan meriah,” ujar Wabup, saat memberikan sambutan dalam upacara Pesta Dadung, di Situ Hyang, Kawasan Hutan Kota Mayasih, Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Senin (18/7/2022).

Wabup menekankan, pentingnya merawat kebudayaan sebagai media pemersatu, sekaligus sebagai jati diri bangsa. “Selama kita berdiri ditanah nusantara ini, maka penting bagi kita semua untuk menjaga dan merawat kebudayaan. Karena kebudayaan dapat menjadi media pemersatu diantara kita, sekaligus sebagai jati diri bangsa. Ada pepatah mengatakan, martabat suatu bangsa dapat dilihat dari budayanya,” ucap Wabup.

Selanjutnya, Wabup mengapresiasi atas terselengaranya upacara adat Seren Taun yang masih dapat dilaksanakan masyarakat Cigugur hingga saat ini. Karena menurutnya, di era modern sekarang ini, sangat sulit mempertahankan adat istiadat dan kebudayaan untuk tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.

“Saya mengapresiasi masyarakat Cigugur yang masih tetap mempertahankan adat istiadat dan budayanya hingga saat ini. Ini menjadi bukti, bahwa masyarakat Cigugur dapat merawat dan menjaga budaya warisan leluhur. Sebagai miniatur Indonesia, masyarakat Cigugur juga membuktikan bahwa keberagaman adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Sementara itu, menurut pupuhu masyarakat adat Cigugur Rama Anom Gumirat Barna Alam/Gugum, Pesta Dadung yang merupakan salah satu rangkaian ritual upacara adat Seren Taun merupakan pestanya para petani dan gembala atas berkah yang diberikan Tuhan atas anugerah hasil tani dan ternak yang melimpah.

Dijelaskan Gugum, Dalam ritual yang digelar di pelataran Setu Hyang tersebut, para petani, gembala dan seluruh lapisan masyarakat diajak merenung atas karunia Tuhan yang telah menciptakan alam semesta yang dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.

“Makna dari ritual ini, adalah mengajak kepada seluruh umat manusia untuk bijak dalam berkehidupan dan saling menghormati tidak hanya terhadap sesama manusia, namun juga terhadap hewan dan tumbuhan, sekalipun yang merugikan seperti hama tersebut. Cukup dengan memindahkan kehidupan mereka ke ekosistem yang seharusnya, maka akan terjadi keserasian dan keseimbangan alam semesta ini,” ungkap Gugum.

Lebih lanjut Gugum menuturkan, dengan dilakukannya ritual pelepasan hama kembali ke habitatnya, mengartikan bahwa manusia juga menghormati kehidupan mereka (red_binatang hama) sekaligus meminta agar mereka tidak kembali dan mengganggu kehidupan manusia.

“Kerusakan alam yang terjadi sekarang, bisa jadi disebabkan karena perilaku manusia yang tidak bisa menjaga keserasian alam dengan merusak dan membinasakan ekosistem satwa tertentu. Padahal keberadaan satwa tersebut memiliki peran yang sebenarnya sangat penting dalam menunjang terciptanya keseimbangan alam,” pungkas Gugum.

Dalam ritual Pesta Dadung, juga digelar tari-tarian menggunakan tali dadung yang biasa digunakan untuk mencocok hidung kerbau saat membajak sawah, kemudian diikatkan kepada para penari yang terdiri dari tokoh adat, petani dan anak gembala. Ritual ini mengartikan makna hidup agar menjaga tali silaturahmi di antara sesama dan berusaha jangan sampai terputus.

Dilanjutkan dengan menari bersama-sama atau dikenal dengan istilah tayub yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat pangkat dan golongan, hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan tanpa membedakan mana rakyat jelata dan yang berpangkat.

Rangkaian upacara Pesta Dadung, diakhiri dengan penanaman pohon dan pemukulan 1000 kentongan oleh seluruh masyarakat dari Situ Hyang hingga Paseban Tri Panca Tunggal. Hal ini  bermakna memberi semangat dan penggugah hati masyarakat untuk tetap mematuhi setiap perintah Tuhan dan jangan lengah untuk tetap waspada dalam menjalani hidup tanpa harus saling menyakiti diantara sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam upacara tersebut, tampak hadir Ketua DPRD Kab. Kuningan, sejumlah pejabat dilingkup Pemkab Kuningan, Forkopimcam Cigugur, serta tokoh masyarakat setempat.

(www.kuningankab.go.id)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close