Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Dari Sakit Tak Berdarah sampai Poligami, Berikut Kisah-Kasih Mania Megaswara Edisi 10-04-21

For mania mega:

1. Sakit Tak Berdarah

Selamat malam mania megaswara, selamat malam para pejuang move-on yang selalu dihantui oleh bayang-bayang masa lalu 🙈.

Apalagi kalo masa lalunya penuh kesengsaraan akibat cinta yang bertepuk sebelah tangan 🥺🍃

Bayangin aja, ketika cuma dia satu-satunya SMS yang selalu kamu tunggu. Cuma dia suara yang kamu nanti untuk terdengar di telepon. Bahkan malam-malam yang berlalu habis dipenuhi oleh curhatan dia soal kerjaannya.

Ngga jarang juga dia selalu ceritain tentang pacarnya yang jauh di sebrang sana.

Saat itu, aku nggak berpikir sedang dijadikan pelampiasan atau hanya cadangan. Karena yang aku tau, selama aku bisa meringankan bebannya, bisa nemenin dia saat sedih. Itu udah cukup banget.

Aku bahkan pernah di ajak untuk nemenin dia ngeband, pulangnya mampir di tukang bakso dan basah kuyup karena hujan manis tiba-tiba mengguyur kita. 

Malam itu serasa jadi malam yang paling istimewa untuk di kenang.

Hingga akhirnya aku mulai sadar, siapa aku bagi dia saat aku tahu teman ceweknya ngga cuma aku.

Puncaknya kekecewaanku adalah, saat kemarin sore dia mengajakku nemenin ngajar musik di kampusnya, namun keesokannya dia ngajak cewek lain kesana.

Tau kan gimana kondisi hatiku saat itu? Itulah definisi sakit tapi ga berdarah 🥺🍃 Sejak saat itu aku putuskan untuk berhenti berharap dia punya perasaan yang sama denganku.

Berhenti berharap bahwa dia hanya akan butuh aku. Aku mulai kendalikan hatiku untuk tidak lagi bergantung padanya saja.

Berhenti mengharap SMS dan telepon dari dia lagi meski susaaah sekali.

Sejak saat itu juga aku semakin takut untuk jatuh cinta, karena berkali-kali cintaku bertepuk sebelah tangan akibat rasa harapku yang terlalu tinggi.

So buat kalian, jangan pernah berharap sama manusia ya. Apalagi ngarep dihalalin sama dia yg ga pernah niat untuk serius 🙈

2. Suami Terbaik

Kisah ini terjadi sekitar oktober tahun 2013. Saat usia saya 23tahun. Saat itu saya sedang bekerja disalah satu yayasan pendidikan swasta di kota Kuningan, sedang asyik-asyiknya menikmati bekerja pasca beres kuliah. 

Tiba-tiba teman dari almarhum Ayah datang ke rumah, menemui ibu saya. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, dan saya tidak mau tau. 

Beberapa hari kemudian, ibu saya menjelaskan tentang maksud dari kedatangan teman Ayah. Teman Ayah ingin menjodohkan saya dengan anaknya, dan hal ini pernah Ayah bicarakan sebelumnya dengan temannya itu saat Ayah masih hidup, dan saya tak pernah tau.

Sebenarnya berat bagi saya untuk menerima perjodohan ini, tapi melihat ekspresi ibu yang begitu senang saat menyampaikan hal tersebut, rasanya sulit untuk menolaknya. Akhirnya saya jawab "Bu, saya akan mencoba mengenal anak dari teman almarhum Ayah tersebut" Ibu saya pun bahagia bukan main. Walaupun dalam hati ketar-ketir apakah saya benar-benar siap atau tidak.

Hari pertemuan pun tiba, sebut saja nama anak dari teman almarhum Ayah itu namanya Adi. Dia seorang lulusan sarjana di salah satu universitas islam di malaysia, dia juga mengajar disana. Usianya terpaut 9tahun dengan saya, dia terlihat alim dan taat beribadah.

Dari pertemuan pertama, saya sudah merasa kurang cocok. Karena dia mengatakan, kelak jika sudah menikah, saya harus ikut dia menetap di Malaysia, dan ini berat. Saya tidak bisa meninggalkan ibu saya seorang diri, mengingat saya adalah anak terakhir dan paling dekat dengan ibu. Saya sempat mengutarakan keberatan saya ini pada Ibu saya, tapi Ibu saya meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan saya harus tetap maju. Baiklah saya terima.

Acara tunangan pun dilaksanakan pada bulan desember 2013 saat dia kembali lagi Ke Indonesia untuk libur akhir tahun. Tanggal pernikahan sudah ditentukan, yakni tanggal 4 Agustus 2014 setelah idul Fitri. 

Rasa bahagia itu muncul, betapa senangnya bisa segera melepas masa lajang saat itu, dan pastinya rasa Cinta sudah tumbuh seiring dengan segala perhatian yang Adi berikan pada saya.

Pertengahan Januari 2014, dia kembali ke Malaysia dan berpesan agar saya menyiapkan segala sesuatunya untuk hari pernikahan kami nanti. 

Semuanya berjalan biasa saja.. Sampai suatu ketika...

Maret 2014 dia tiba-tiba mengirimkan pesan "Maaf, saya tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Silakan kamu mencari yg lain" Saat itu saya tidak tau harus berbuat apa, semua kerabat sudah tau, dekorasi pelaminan rias pengantin dan segalanya sudah dibicarakan dengan pemilik rias pengantinnya. Dan... Harapan saya dan Ibu saya sudah terlalu tinggi, dan ini sakit.

Saya hampir gila saat itu, tapi saya harus kuat demi ibu saya. Beliau pasti lebih terpukul. Segala cara sudah dilakukan untuk meminta penjelasan dari keluarganya, tapi tetap keluarganya tidak bisa berbuat banyak, karena kendali ada pada Adi. Saya rasa cukup rasa sakit saya sampai disini.

Saya berhenti mengajar, dan mencari pekerjaan diluar kota untuk mencari kesibukan lain dan melupakan semua rasa sakit ini. 

April 2014 Saya pamit pada Ibu saya untuk pergi ke Jakarta, saat itu saya mendapat kesempatan bekerja di salah satu perusahaan penerbangan ternama di Indonesia. Sehari sebelum penandatanganan kontrak, tiba-tiba saya dapat telpon dari Ummi(orang yg saya kenal saat di yayasan pendidikan swasta), beliau ingin bertemu hari itu juga.

Saya pun pulang mendadak dan kami bertemu. Beliau mengatakan bahwa ada seseorang yg ingin berkenalan dengan saya, saya saat itu masih enggan menerima siapapun, tapi Ummi keukeuh menyodorkan biodata orang tersebut disebuah map biru, lengkap dengan biodata, foto, dan segala macam keterangan diri untuk ta'aruf.

Saya ragu, tapi hati saya bilang "coba". Akhirnya saya tidak meneruskan untuk menandatangani kontrak di perusahaan penerbangan, dan kembali mengajar. 

7 Mei 2014, lelaki yg dita'arufakan datang ke rumah beserta keluarganya, dan saya belum pernah berkomunikasi dengan dia. Ibu saya senang, batu kali ini ibu saya terlihat sebahagia itu pasca tragedi Adi kemarin. 

Dan tanpa disangka-sangka, 22 Mei 2014 lelaki yang dita'arufkan ini melamar saya beserta keluarganya sambil menetapkan tanggal pernikahan.

Ada rasa takut dan trauma, rasanya peristiwa ini hampir mirip dengan apa yg saya alami beberapa bulan lalu, tapi saya pasrahkan semuanya pada Allah... dan ternyata... 4 Agustus 2014 tetap menjadi hari pernikahan saya.

Alhamdulillah sampai saat ini saya sangat bahagia. Suami saya adalah yg terbaik untuk saya, yg memahami saya, membimbing saya, yg tak pernah meninggalkan saya dalam situasi apapun. Alhamdulillah Ya Allah.. 

Rencana Allah itu memang sempurna.

3. Poligami

Tahun 2020, setahun yang lalu... Aku yang seorang duda anak 1, seorang yang bekerja di bidang kuliner, berkenalan dengan seorang wanita, dia Janda anak 2, seorang wanita keturunan Jawa, yang tinggal d Jakarta Utara.

Kami berkenalan lewat salah satu Grup di media sosial yaitu Facebook, Grup Ta'aruf yang dinaungi oleh salah satu yayasan di Bekasi.

Hubungan kami semakin dekat setelah ia, sebut saja Aisyah pindah ke Kendal Jateng. Setelah hampir 7 bulan kami berkomunikasi, bertaaruf...

Aku mendatangi Rumah Orang Tuanya untuk menyampaikan Niat ku untuk menikahinya, Aisyah pun memberikan Syarat, salah satu diantara nya, Dia tidak mau di Poligami.. Aku pun menyetujui nya.

Namun ia pun menyampaikan bahwa ia butuh waktu 3 bulan lagi untuk menuju jenjang pernikahan itu, selama dalam kurun waktu 3 bulan itu, aku membantunya menafkahi anak-anak nya, memenuhi semua kebutuhan finansialnya dan memberikan apapun yang dia mau (Berupa barang).

Namun apa yang terjadi???

Tepat 3 bulan setelah aku menyampaikan niat ku menikahi nya, ternyata diam-diam Aisyah dikenalkan oleh teman kajian nya kepada seorang dokter yang telah menikah, Aisyah pun sedikit demi sedikit mulai menjauhi ku dengan alasan yang tak masuk akal..

Aku mulai curiga akan hal itu, hingga akhirnya aku tau, dia dekat dengan dokter asal solo itu, dokter itu melamar Aisyah sebagai istri keduanya...

Hatiku remuk hancur tak bersisa saat aku tau Aisyah menerima lamaran itu dan menikah dengan dokter tersebut sebagai istri keduanya, padahal dulu Aisyah memberikan syarat kepadaku untuk tidak poligami...

Hancur, berantakan kembali hati dan jiwa ku, yang baru pulih dari mantan ku sebelumnya... Setelah kejadian itu, aku kini mulai lebih hati-hati, agar hati ini tak remuk kembali.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close
close
close