Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

[Cerpen] Teratai yang Layu

For mania mega:


Bagiku hari ini adalah hari paling membahagiakan. Bagaimana tidak, di hari pertama aku masuk sekolah aku diajak kenalan oleh seorang laki-laki. Sungguh aku malu sekali. Aku tidak bisa menolaknya, karena aku adalah anak pindahan dari sekolah sebelah, jujur aku memang punya banyak teman laki-laki tapi rasanya berbeda saat dia mengajakku berkenalan.

Awalnya aku bingung harus bagaimana saat dia menjulurkan tangannya padaku dan dia memberi tahukan namanya, dia berkata “Namaku Lutfi.. kamu murid baru kan ? salam kenal yahh..” dengan polosnya aku juga menjulurkan tanganku dan memperkenalkan diri “Namaku Kiara, iya hehe” jawab ku pada Lutfi.

Setelah berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri, dia pun langsung pergi dan seperti tak memperdulikan aku. Tapi aku masih tetap berdiri di tempat yang sama dengan tubuh yang masih bergetar dan tak tau harus berbuat apa. Baru kali ini ada laki-laki yang mengajakku berkenalan dan rasanya kok deg-degan tidak karuan.

Aku pun melanjutkan langkahku menuju ruang kelas, Saat itu bel berbunyi dan aku langsung masuk ke kelas, pelajaran pertama akan segera dimulai. Aku duduk di bangku kedua, berharap aku bisa lebih cepat dekat dengan teman-teman sekelasku yang baru, tiba-tiba Ibu Guru menyuruhku untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Aku memperkenalkan diriku dengan singkat dan bergegas menuju tempat duduk lagi.

Aku tak begitu memperhatikan sekeliling, yang aku perhatikan hanya buku kosong yang ada di depanku dan berusaha tidak melakukan hal-hal yang membuat perhatian anak-anak tertuju padaku.

Ibu Guru lalu memulai materi dan aku memperhatikannya, tanpa ku sadari aku melirik sedikit ke sebelah kiri bangku ku ternyata dia laki-laki yang mengajakku kenalan tadi. 

Aku semakin gemetaran, “Kok bisa sih cowok yang tadi ngajak kenalan dia duduk di sampingku tanpa ku sadari sebelumnya” gerutuku dalam hati.

Untungnya Bu Guru menyuruh kami mencatat hingga perhatian ku pun kembali fokus untuk mencari pulpen dan mencatat. Akhirnya pelajaran hari ini selesai sudah.

Sesampainya di rumah aku langsung ke kamar, ganti baju, lalu makan. Setelah itu aku rebahan di ruang tv, tiba-tiba ponselku berdering “Hy Ra, ini nomer aku Lutfi takutnya ada apa-apa bilang aja siapa tau bisa aku bantu” Isi pesan teks tersebut. Aku kanget, “Lho dia dapet dari mana nomor aku?” aku bertanya dalam hati.

“Oh iya Fi, makasih yahh sebelumnya” jawaban ku membalas pesan dari Lutfi, setelah itu dia tidak menjawab lagi. Aku semakin penasaran dari mana dia punya nomorku.

Besoknya aku masuk sekolah seperti biasa dan hari ini terasa sedikit mendebarkan entah karena kemarin lufti mengirimi aku pesan atau karena aku akan bertemu langsung dengannya, pokok nya hari ini sangat mendebarkan.

Bel berbunyi dan pelajaran pertama akan segera dimulai, “Ra kamu udah sarapan kan ??’' tanya Lutfi tiba-tiba. Tubuhku gemetar.

"Udah kok Fi” jawabku pada Lutfi sambil tersenyum malu.

Lama kelamaan Lutfi semakin baik padaku semakin perhatian semakin sering membuat dada ku berdegup tak tentu. Suatu hari Lutfi menyatakan sesuatu yang bahkan belum pernah aku bayangkan, “Kiara kamu mau kan menerima aku menjadi pendampingmu?” kata Lutfi menyatakan perasaannya padaku.

Aku kaget bukan maun mendengar kata-kata itu dari Lufti, “Harus jawab apa yah?” seruku dalam hati. Namun akhirnya aku pun memberi jawaban ‘Iya' kepada Lutfi.

Setelah beberapa bulan akhirnya kami pun lulus bersama dari SMA tersebut. Akhrnya kami melanjutkan ke jenjang pergruan tinggi yang berbeda, di awal-awal pertama kami masuk kuliah semuanya berjalan lancar Lutfi masih sama seperti dulu baik dan selalu perhatian padaku.

Selang beberapa bulan sikap Lutfi menjadi sedikit aneh, sekarang dia lebih sering meneleponku menanyakan keberadaanku “kamu dimana? sama siapa? lagi ngapain? kalo gak penting amat pulang sekrang.” Selalu itu yang ditanyakannya kalo dia menelponku.

Awalnya aku berpikir positif, mungkin dia khawatir padaku. Tapi setelah beberapa waktu dia juga melarangku untuk keluar bersama teman-temanku bahkan hanya untuk mengerjakan tugas dengan teman sekelasku pun sudah tidak boleh. “Lutfi kenapa sih?” tanya ku pada diri sendiri.

Aku pun mulai menanyakan sikap Lufti yang semakin aneh “Kamu tuh kenapa sih akhir-akhir ini jadi ngelarang aku ini lah ngelarang aku itu lah, aku kan jadi gak suka!”.

“Udah kalo kamu sayang sama aku turutin aja apa kataku jangan banyak tanya“ Lutfi menjawab sambil membentakku.

Semakin hari aku semakin tidak suka pada sikap Lutfi yang semakin menjadi-jadi. Aku keluar bersama teman-temanku tanpa memberitahu pada Lutfi tapi ketika asik ngobrol sambil makan dengan teman-teman ku tiba-tiba Lufti datang dan menarik tanganku “PULANG!” teriaknya padaku di depan teman-temanku.

Aku merasa tidak enak dengan teman-temanku akhirnya aku melepaskan tangan Lutfi dari tangan ku “Lepasin, sakit tau!” “Yaudah ayo pulang “ aku pun mengikuti langkah Lutfi dan dia mengantarku pulang ke rumah. 

Di dalam mobil aku terus berpikir kenapa sikap Lufti sekarang seperti itu, padahal dia tidak pernah kasar padaku sebelumnya. Sesampainya diteras rumah, aku bertanya “Sikap kamu kok makin hari bikin aku gak nyaman aja, aku tuh malu tadi depan teman-temanku kamu narik-narik aku seenaknnya!"

“Udah pokoknya kalo kamukamu bener sayang sama aku, turutin aja apa maunya aku.” Jawab Lutfi.

Aku sudah tidak tahan lagi dengan dia, “Udah dari pada kita kayak gini terus mending kita sudahi saja hubungan kita sampai disini!” bentakku.

“Kok kamu gitu, kamu udah gak sayang lagi sama aku? Kamu udah punya laki-laki lain ya? Siapa? bilang ke aku!”

"Bukan karena ada laki-laki lain tapi aku tuh udah gak tahan, sama sikap kamu yang kayak gini terus. Udah pokonya aku mau putus sama kamu.”

Aku masuk ke rumah, meninggalkan Lutfi di luar yang masih saja keras kepala dengan sikapnya.  

Aku pun berdiam diri di kamar memikirkan tentang hubunganku dengan Lutfi. Tiba-tiba Lutfi menelpon, dia mohon-mohon, minta maaf padaku agar kita tidak jadi berpisah walau pun cinta dan kasih sayang telah kucurahkan padanya tapi aku tak akan merubah sikap ku padanya sekarang,

"Mengapa dia jadi begini?" aku kira dia berbeda dengan laki-laki lain tapi ternyata, sudahlah biarkan saja semuanya mengalir seperti seharusnya.

________

Penulis : Gina S Agustina (Guru B.Indonesia, MTs PUI Kasturi Majalengka)

Editor : Dede


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close
close
close