Aku ingat betul bahwa dulu aku dibuat oleh seorang ibu dengan sepenuh hati, tak tanggung-tanggung dua hari dua malam aku dijahit demi anak kesayangannya. Dalam setiap jahitannya tertanam harapan sang ibu. Ibu berharap anaknya menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakannya saat ia tua nanti.
“ Pergilah kau ketempat-tempat baru wahai anakku, bertemanlah dengan orang-orang baik, tumbuhlah menjadi dewasa. Tapi ingat semakin tinggi sebatang pohon, semakin besar pula angin yang mengguncang. Tak usah takut kalah nak, ingatlah bahwa kau punya akar yang kokoh, akar iman dan islam. Jadilah manusia yang mulia apa pun yang terjadi” ujar sang ibu dengan penuh harapan.
Akulah seragam SMA, kemeja putih polos dan siap dikotori pylox warna saat pemiliku lulus nanti. Aku adalah seragam SMA, simbol masa muda sekaligus saksi nyata bagaimana generasi muda negeri ini melihat dunia dengan moral seadanya. Dibagian dada tertempel atribut OSIS yang melambangkan kaum berpendidikan, sengaja lambang itu ditempel dibagian dada , tujuannya agar selalu dekat dengan hati pemakainya. Yaaa, dulu aku memang merasa bahwa aku dibuat sedemikian rapi dan berwibawa, dipakai oleh generasi muda untuk mencetak prestasi dan mimpinya.
“Aku berangkat sekolah dulu bu” ujar Zena . Zena adalah seorang anak SMA yang cantik dan selalu patuh pada ibunya. Tapi itu dulu saat dirinya belum menjadi anak SMA.
“ Yaa nak , hati-hati dijalan “ ujar sang ibu
“ Bu hari ini aku pulang telat, ada tugas sekolah yang harus aku kerjakan bersama teman-temanku” ujar zena
Aku memang tak seperti seragam SD atau SMP, yang pemiliknya selalu pulang tepat waktu dan patuh pada aturan rumah. Pemiliku lebih dewasa meski terkadang mereka berbohong. Mengaku kerja kelompok pada orang tuanya, padahal mereka nongkrong dengan teman-temannya, bahkan dengan pacarnya.
“ Zen lu ga akan dimarahin ibu lu kan? Sudah hampir magrib nih” ujar temannya
“ Aaaah kalian tenang saja, gue udah bilang akan pulang telat hari ini”
“ Yakin lu?”
“ Yakinlah, gue bilang akan kerja kelompok dengan lu pada”
“ Haha gila lu zen, kerja kelompok muter gelas maksud lu?”
“Hahahahah” teman-temannya tertawa lepas
“ Usssstt sudahlah lu jangan ngeledek, putarkan lagi gelasnya” Ujar zena, yang sedang mabuk bersama teman-temannya.
Tidak lama kemudian zena dijemput oleh pacarnya dan merekapun pergi kesalah satu tempat dengan keadaan zena yang sedang mabuk. Mereka pergi kesebuah hotel dan hal-hal yang tidak diinginkan pun terjadi begitu saja.
Aku sempat berpikir bahwa kelak setelah aku sukses dan berprestasi aku akan berfoto dengan trofi atau medali. Tapi rupanya, dikoran aku menemukan bagianku terkoyak sobek bahkan berlumuran darah ketika pemakainya jatuh tabrakan akibat balapan liar dan tawuran. Sementara, seragam yang lain telah aku temukan dengan sangat kotor dan begitu lusuh. Aroma asap rokok yang masih kuat tercium, bau minuman keras yang masih menempel dengan sangat menjijikan dan yang lebih menjijikan lagi ada muntahan yang sudah hampir kering dan berbau sangat pekat, sisa pengalaman mabuk pertamanya.
Begitu banyak pula saku-saku yang terpaksa menyembunyikan obat terlarang. Padahal bukan itu harapanku sebagai seragam SMA. Nasibku sendiri ternyata lebih menjijikan bahkan sangat memalukan. Aku yang sedang dipakai oleh pemiliku dibuka dengan paksa oleh seorang laki-laki biadab, aku dilempar olehnya. Aku malu, aku sangat malu melihat pemiliku berzina, tapi apalah dayaku aku hanya selembar kain yang dijadikan seragam SMA.
Kini, aku tak berani lagi berharap, semakin jauh bayanganku untuk berfoto dan berkenalan dengan trofi atau medali, aku hanyalah satu dari seragam sejenisku yang tak bisa berbuat banyak. Semoga generasi muda selanjutnya lebih sadar akan harapan suci kami.
Akulah seragam SMA!
0 Comments