Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Sejarah Kuningan: Dari Sang Kuku Sampai Kajene

For mania mega:

Megaswara Kuningan - Hari ini, Selasa (1/9/2020) Kabupaten Kuningan merayakan Hari Jadi-nya yang ke-522. Karena masih ada dalam keadaan pandemi, perayaan tahun ini pun dilaksanakan secara virtual.

Sebagai bentuk napak tilas, dan reminder agar generasi muda tidak lupa dengan sejarah Kuningan, Sekda Kuningan Dr Dian Rachmat Yanuar Msi dalam sambutannya membacakan ringkasan sejarah lahirnya Kabupaten Kuningan.

Berikut merupakan sejarah Kuningan yang pada artikel ini dibagi menjadi 3 bagian, (1) Sejarah Kuningan: Dari Sang Kuku sampai Kajene, (2) Sejarah Kuningan: Dari Sunan Gunung Jati sampai Darma Loka, dan (3) Sejarah Kuningan: Dari Jayakarta sampai Indonesia Merdeka

Bagian 1 Sejarah Kuningan: Dari Sang Kuku sampai Kajene

Pemerintah Kabupaten Daerah tingkat II Kuningan telah menetapkan Peraturan Daerah nomor: 21/DP.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978 tentang sejarah dan hari jadi Kuningan.

Berdasarkan peraturan daerah tersebut, sejarah Kuningan disusun sejak mulai ada tanda-tanda pemukiman atau perkampungan yang telah mempunyai pemerintahan hingga perkembangannya sampai sekarang.

“Sejarah hari jadi Kuningan” ini merupakan ringkasan dari Peraturan Daerah tersebut lampiran yang secara garis besar adalah sebagai berikut:

Kira-kira 3500 tahun sebelum masehi, tanda-tanda yang memberitahukan bahwa di Kuningan sudah ada pemukiman masyarakat yang sudah mencapai tingkat kebudayaan yang relatif sudah maju. Hal ini berdasarkan atas hasil peninggalannya yang ditemukan di wilayah kuningan.

Suatu pemukiman masyarakat dimaksud, baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti negara sebagaimana dituturkan dalam cerita parahiyangan dengan nama “Kuningan” pada tanggal 11 April 732 M.

Negara/Kerajaan Kuningan tersebut terjadi sesudah penobatan Seuweukarma sebagai Raja/Kepala pemerintahan, yang kemudian bergelar Rahiangtang Kuku atau disebut juga Sang Kuku yang bersemayam di Arile dan Saunggalah. Ia menganut ajaran “Dangiang Kuning” yang berpegang kepada “Sanghiang Darma” dan “Sanghiang Siksa”, yang memberikan 10 pedoman hidup, yaitu :

1. tidak membunuh mahluk hidup,

2. tidak mencuri,

3. tidak berzinah,

4. tidak berdusta,

5. tidak mabuk,

6. tidak makan bukan pada waktunya,

7. tidak menonton, menari, menyanyi dan bermain musik,

8. tidak mewah dalam berbusana,

9. tidak tidur ditempat yang empuk,

10. tidak menerima emas dan perak.

Seuweukarma bertahta sampai dengan usia yang cukup panjang, kemudian timbul persaingan antara pemerintahan Seuweukarma dengan Sanjaya yang memegang kekuasaan daerah Kerajaan Galuh sebelah timur.

Setelah Sanjaya memerintah Kuningan selama 9 (sembilan) tahun, kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Rahiang Tamperan. Rahiang Tamperan mempunyai 2 (dua) orang putra yaitu Sang Manarah dan Rahiang Banga.

Setelah dewasa Sang Manarah menjadi raja di sebelah timur sedangkan rahiang banga menguasai Daerah Kuningan yang dahulu dibawah kekuasaan Rahiangtang Kuku.

Pada tanggal 22 juli 1175 Masehi Kuningan dijadikan pusat pemerintahan kerajaan sunda dibawah Rakean Darmasiksa putra ke-12 Rahiang Banga. Setelah bertahta selama 12 tahun di Saunggalah, kemudian keraton dipindahkan oleh Rakean Darmasiksa ke Pakuan Pajajaran.

Selanjutnya Kuningan merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran dan namanya berganti menjadi Kajene yang ada dibawah kekuasaan Aria Kamuning. Kajene artinya “kuning” atau “emas”.

Dalam rangka penyebaran agama Islam, seorang ulama besar dari Caruban (Cirebon) yang benama Syekh Maulana Akbar pernah singgah di Buni Haji daerah Luragung kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Kajene yang pada waktu itu penduduknya masih menganut agama Hindu.

Syekh Maulana Akbar mendirikan pesantren di Sidapurna yang berkembang pesat dan karena pengikutnya bertambah banyak maka beliau membuat pemukiman baru dengan dasar Islam yang diberi nama Purwawinangun (artinya: mula-mula dibangun). Syekh Maulana Akbar meninggal dan dimakamkan di Astana Gede.... bersambung ke bagian 2

(Dede/Red)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close
close
close