Di hari ke tujuh bulan kemarau
Di lingkaran tahun yang temaram
Aku lihat semerbak, serbuk sari melayang
di udara
Nampak berwarna gelap
meraba-rabai waktu dari bunga yang gugur
Aku bertemu tuan pagi ini
Berkeris, berjubah
Sri Rajasa Bathara Amurwabhumi
Tuan tebarkan sumpah kramat sang Gandring
pada ubun-ubun bangsa reraja
yang sibuk memutar-mutar gasing.
Dan kini karenanya,
lihatlah, hutan-hutan berhiaskan bunga api
Menebar kelabu
persis Toba, Krakatau, Tambora tempo dulu
Wakil-wakil dituntut rajanya sendiri
abu-abu padahal mereka
Lha, antara wakil dan raja kini gunanya makin rancu, kok
Sedang di Olimpus, Zeus dibikin bingung dan hanya berujar
'tenang semuanya, tenang, semuanya baik-baik saja, kok'
Sedang, soal yang duduk dan yang diduduki pun
dari barat ke timur, dari utara ke selatan, dari musim ke musim
Tidak pernah usai.
Siklus, sukses sudah tuan.
Aku bertemu hujan pagi ini
Biarkanlah aku menyambutnya
Melepaskan segala penat bulan kemarau
Dan tenggelam dalam gemerisiknya
Menjadikannya tembang penenang sukma
Dan pelipur rindu yang lara
Aku mencium rahmatNya yang semerbak
Pada serbuk sari yang diciumi hujan
Aku melihat kehadiranNya
Pada pohon-pohon yang mulai berkilau
Dan pada hati yang mulai rasakan damai
Langit tengah menyapa pagi ini
Setidaknya
Inilah sebuah jeda tuan.
Kuningan, 17 Oktober 2019
Penulis : Ibnu Kar'an
0 Comments