Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Memaknai 55 Tahun G30S-PKI: 3 Hal yang Melatarbelakangi Terjadinya Gestapu

For mania mega:


Tahun 2020 menjadi tahun ke-55 terjadinya peristiwa memilukan yang pernah dialami oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) atau G30S-PKI, tentang ‘penumbalan’ 7 perwira tinggi angkatan darat yang kental sekali akan misteri, berbau intrik politik, dan menjadi jejak sejarah yang selalu patut untuk dimaknai setiap tahunnya, di tanggal 30 September.

Peristiwa G30S-PKI, terjadi pada tanggal 30 September, malam hari sampai 1 Oktober dini hari (dari sana tak jarang orang-orang banyak meyebut peristiwa ini sebagai Gestok, Gerakan Satu Oktober) tahun 1965. Peristiwa ini menjadi benih dimana peralihan kekuasaan Orde Lama menjadi Orde Baru dimulai. Berawal dari peristiwa ini pula Genosida terbesar (terkait penumpasan orang dengan ideologi PKI) sepanjang sejarah Republik Indonesia, bahkan menurut beberapa sejarawan dianggap sebagai satu tragedi kemanusiaan (genosida) terbesar di abad 20, terjadi.

Namun seperti apakah latar belakang terjadinya peristiwa G-30S-PKI ini, hingga  hal ini mejadi satu topik yang tidak pernah ‘basi’ untuk selalu di perbincangkan. Memaknai 55 tahun terjadinya G-30S, megasawarakuningan.com telah merangkum, setidaknya ada 3 faktor yang melatar belakangi terjadinya Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia ini.

1. Gagalnya NASAKOM

Pada masa pemerintahan Soekarno, Indonesia cenderung terbuka dengan berbagai macam ideologi, baik itu ideologi nasionalis, agama, maupun ideologi komunis. Bung Karno berpendapat bahwa ketiganya bisa seiring sejalan, beriringan baik dalam politik maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Gagasan ini kemudian disebut dengan istilah NASAKOM (Nasionalis-Agama-Komunis).

Namun sayang, gagasan yang pertama kali dicetuskan Bung Karno pada tahun 1926 di surat kabar Soeloeh Indonesia Moeda dan kembali ia gemborkan pada saat Demokrasi Terpimpin (1956) ini harus berakhir seiring dengan kehancuran PKI (setelah tahun 1965) dan melemahnya pengaruh Bung Karno sebagai Presiden (dimasa yag sama).

Dinamika politik pada saat itu begitu beragam, masing-masing ideologi dari Nasakom berusaha untuk saling memperluas pengaruhnya baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah (Presiden). Hal ini pun secara terang-terangan membuat ketiganya menjadi musuh di satu selimut yang sama. Partai Komunis Indonesia sendiri tercatat sebagai pihak yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap rakyat Indonesia, tercatat kader PKI itu ada sekitar 300.000-an kader, dengan anggota dan simpatisan yang tersebar di seluruh nusantara dengan perkiraan mencapai 2 juta orang.

Selain itu partai dengan kekuatan politik yang dianggap paling progresif dan revolusioner ini mendapat tempat tersendiri di mata Bung Karno, terlebih PKI merupakan salah satu pihak yang paling mendukung gagasan Soekarno dalam pembubaran parlemen, untuk kemudian Demokrasi Terpimpin, penetapan konstitusi langsung di bawah dekrit presiden, yang berujung pada realisasi gagasan  Nasakom (gagasan yang juga membuat Bung Hatta mundur dari kursi wapres).

‘Kemesraan’ antara PKI dengan Presiden Soekarno ini kemudian menjadi satu hal yang diwaspadai oleh sebagian kekuatan TNI (Angkatan Darat) yang kontra terhadap Soekarno. Hanya sebagian. Sebab sebagiannya lagi merupakan TNI yang ‘Soekarnois’.

2. Konflik Internal TNI

Tubuh TNI (Angkatan Darat) pada saat itu sederhananya dapat dibilang terbagi menjadi 2 golongan/kubu, sebut saja 1) Kubu Soekarnois, dan 2) Kubu ‘Kanan’.

Kubu Soekarnois merupakan kelompok TNI yang sangat setia dengan Presiden. Salah satu figur dalam kubu ini adalah Letnan Jendral Ahmad Yani (Kepala Staf Angkatan Darat/KSAD). Sementara itu Kubu Kanan adalah kubu yang mempunyai kekhawatiran terhadap sikap politik Soekarno yang seringkali melihat TNI dengan sebelah mata. Perwira tinggi dari kubu ini adalah Jendral Sudirman, Jendral Tahi Bonar Simatupang, dan Jendral A.H. Nasution.

Pada masa 1962-1966, TNI sendiri cukup disibukkan dengan 2 konflik militer, 1) merebut Irian Barat, 2) konflik terhadap Malaysia. Di masa operasi militer ini, PKI sempat memberi usulan untuk dibentuk Gerakan Angkatan Kelima (gerakan mempersenjatai sipil utamanya untuk buruh dan petani). Gagasan ini cukup mengusik TNI, menurut TNI pihaknya merasa curiga bahwa gerakan Angkatan Kelima ini sebenarnya adalah upaya taktik PKI untuk melakukan kudeta dan untuk merebut kekuasaan Soekarno.

Kudeta. Kata ini pun tidak dihembuskan dari sisi TNI saja, pihak PKI juga demikian. Pada saat itu PKI menuduh beberapa Jenderal TNI AD akan melakukan kudeta pada hari ABRI (5 Oktober 1965) dalam kelompok yang disebut sebagai Dewan Jendral. Sebagai tandingan, PKI kemudian membentuk Dewan Revolusi Indonesia yang dikepalai Letkol Untung Syamsuri, perwira ABRI yang ada dibawah pengaruh PKI.

Slek-nya hubungan antara PKI dengan TNI yang berlarut-larut inilah yang akhirnya menjadi konflik tersendiri di dua tubuh kekuatan yang dipunyai Soekarno tersebut. Berawal dari konflik ini kemudian berujung pada peristiwa G30S.

3. Adanya Keterlibatan Blok Barat Di Tengah Konflik Perang Dingin

Perang dingin, adalah konflik Blok Barat dengan Blok Timur. Blok Barat adalah negara-negara yang menganut sistem politik liberalis-kapitalis (Amerika dan NATO), sedangkan Blok Timur adalah negara-negara yang menganut sistem komunis (Uni Soviet, Cina, Warsaw Pact), dan Indonesia? adalah negara potensial, untuk menjadi rekan bilateral yang lebih menganut gerakan Non-Aligned Movement (Gerakan Non-Blok), yang berarti Indonesia mengambil sikap untuk tidak memihak diantara kedua kubu.

Sikap Indonesia yang Non Blok dan memegang konsep Nasakom inilah yang membuat Blok Barat (Amerika) kebakaran jenggot, sebab disana dapat dilihat bahwa Indonesia dengan Presiden Soekarno-nya pada dasarnya saat itu tengah menjalin hubungan yang cukup mesra dengan komunis, yang nota bene terafiliasi dalam wujud PKI.

Sebagai respon terhadap sikap Indonesia tersebut, AS kemudian melibatkan diri terhadap konflik-konflik yang ada di Indonesia dengan harapan dapat memadamkan paham komunis, dan menumbuhkan sikap pro-Barat di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan dokumen berkode NSC Dewan Keamanan Nasional AS yang dibuka ke publik pada tahun 1994 tentang rencana operasi rahasia untuk menjatuhkan Soekarno, jika ia mendukung gerakan sayap kiri (komunis).

Para peneliti sejarah yang menganalisa keterlibatan AS berkesimpulan bahwa berdasar dokumen tersebut kemungkinan besar AS juga terlibat dalam gerakan penculikan serta pembunuhan tujuh perwira tinggi militer dengan memanfaatkan konflik internal dari TNI untuk kemudian membantu terjadinya peralihan kekuasaan dengan menjadikan PKI sebagai kambing hitam.

Keterlibatan Blok Barat dalam peristiwa G30S-PKI ini sendiri amat terasa setelah berakhirnya orde lama dengan dimulainya orde baru di bawah pimpinan Mayjen Soeharto. Peristiwa Gestapu menjadi titik tonggak peralihan pandangan politik Indonesia 180 derajat, total,  yang tadinya berporos pada Jakarta–Beijing–Moscow–Pyongyang–Hanoi, menjadi negara yang membuka investasi sebesar-besarnya terhadap perdagangan dunia, terutama dengan pihak Amerika dan Blok Barat.

***

Terjadinya peristiwa Gestapu merupakan sejarah kelam, kenyataan yang tidak bisa dinafikan pernah terjadi di NKRI. Peristiwa tersebut pun amat kompleks, sebab beberapa hal satu dengan lainnya saling terkait, belum lagi dengan beberapa versi cerita yang subjek-objek telah dikemas dengan sedemikian rupa.

G30S-PKI telah terjadi 55 tahun yang lalu, dan telah menjadi sejarah, untuk dipelajarai bagi mereka yang hidup dimasa sekarang. Sejarah manis usahakan untuk bisa diulang, sejarah pahit usahakan jangan sampai diulang.

**Disarikan dari berbagai sumber

Gambar:

merdeka.com, hariansejarah.id, zenius.net, cnnindonesia.com

(Dede/Prinsipalem)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close
close
close