Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Dari Wabup sampai Ganjar Pranowo, Sepenggal Kisah Bersama 'Rumah Kopi Linggasana'

For mania mega:


Megaswara Kuningan - Selalu saja ada kisah menarik ketika memulai suatu hal. Begitu juga dengan perjalanan awal kedai kopi yang dikenal dengan nama, Rumah Kopi Linggasana (RKL).

Kepada Tim Liputan Megaswara, penanggung jawab bagian eksternal RKL, Kriss menyebutkan bahwa pernah satu waktu RKL diawal berdirinya langsung diajak oleh Pemkab Kuningan untuk ikut pameran kopi nasional di Jakarta.

Dengan kemampuan terbatas, acara yang juga dihadiri oleh Presiden, dan pejabat-pejabat pusat ini membuat anak-anak (barista), ujar Kriss saat menyeduh kopi sampai 'gemeteran'.

"Saya hanya bilang ke anak-anak, apa pun yang kamu lakukan hari itu berikan yang terbaik" ujar Kriss, sambil berkelakar mengenang perjalanannya di satu gazebo RKL.


Perjalanan Rumah Kopi Linggasana di event Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran ini berlangsung selama 3 hari.

"Hari pertama yang datang cuma lalat, gak ada pengunjung sama sekali, bayangin disamping kita itu stand Kopi Toraja, Kopi Gayo, kopi-kopi edan semua kan itu" ungkap Kriss.

Sedangkan stand RKL sendiri lanjut Kriss, kecil ala kampung, dan apa adanya.

Wakil Bupati Kuningan, M. Ridho Suganda, SH., M.Si ketika menghadiri pameran tersebut juga turut memberikan semangat ke RKL. Sampai-sampai ia pun turut membagikan kopi ke pengunjung disana.

"Dia panggil teman-temannya, dia sampai keliling membawa baki, kasih kopi sampai akhirnya stand kami ramai" kata Kriss.

Kriss juga mengaku berkat apresiasi Wabup Kuningan inilah, dihari ke-2, dan ke-3 RKL sampai kewalahan melayani pesanan.

Selain iti ada satu lagi apresiasi yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka, orang-orang RKL saat itu. Yakni apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan memborong bersih semua produk Kopi Linggasana.

"Sampai apresiasi terbesar hadir dari pak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, 'Ridwan Kamil sih ini yah, bawa berapa kopinya? Wis ta borong semua kopinya' begitu kata pak Ganjar" jelas Kriss.

Baginya perjuangan ini merupakan perjuangan yang cukup 'edan'. Belum lagi ketika diharuskan menghadapi beberapa tekanan dari sana-sini. Tapi Kriss tetap berkeyakinan dan terus berpegang teguh pada Undang-Undang HHBK, yang menyatakan bahwa Hasil Hutan Bukan Kayu itu bisa dimanfaatkan.

"Biji-bijian, madu, itu boleh, yang penting para petani kopi kita tidak ada pembalakan liar, tidak ada eksploitasi besar-besaran, dan satu lagi kami berpihak kepada alam, kepada petani, kami bukan kapitalis" pungkasnya.

(Tim Liputan Megaswara)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close