Salju
Kilimanjaro merupakan satu kumpulan cerita pendek karya Ernest Hemingway yang
memuat 10 cerpen pilihan. Diantara 10 cerpen yang termuat terdapat beberapa
cerpen yang konon merupakan cerpen-cerpen terbaik Hemingway seperti Salju
Kilimanjaro; Tempat yang Bersih dan Terang; Pembunuh Bayaran; dan Kebahagiaan
Hidup Francis Macomber yang Singkat. Disebut terbaik karena cerpen-cerpen
tersebut umunya banyak diulas dan dimuat dalam buku teks kesusastraan Inggris.
Membaca
dan mengulas karya-karya Hemingway pada dasarnya membutuhkan perjuangannya
tersendiri, dimana setiap kisah yang disajikan ‘papa’ (sapaan akrab Ernest
Hemingway) tidak mudah diinterpretasi dan dimaknai,mengingatgaya menulis papa
yang setia memegang pada prinsip ‘ekonomi kata’ dimana kalimat yang digunakan
pendek-pendek dan juga gaya penceritaannya yang cenderung lebih banyak
menjelaskan watak dan alur cerita melalui pemeragaan tokohnya dan jarang sekali
menyajikannya dalam narasi secara gamblang. Maka tak heran banyak dari pembaca
harus mengulangi beberapa kalimat yang telah mereka baca demi memperoleh pemaknaan
yang utuh.
Hemingway
juga biasa menciptakan tokoh-tokoh dengan karakter yang unik dan
memorable.Hampirsetiap tokoh protagonis yang dihadirkan Hemingway seakan-akan
menjadi ‘hero’ dalam versi stoik, dimana mereka ditampilkan sebagai karakter
yang menderita dan menerima tekananbesar namun berusaha tampil anggun.
Data
Buku:
Judul buku : Salju
Kilimanjaro
Penulis : Ernest
Hemingway
Penerjemah : Ursula
Gianni Budi Cahya
Penerbit : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Jenis Buku :
Kumpulan Cerita Pendek
Tahun Terbit : 2018
Cetekan : Ke-6
Tebal Buku : 334
halaman
Harga Buku : Rp.
50.000,-
Kumpulan
Cerpen Salju Kiliminjaro terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia ini memuat 10
Cerpen karya Ernest Hemingway, diantaranya: Salju Kilimanjaro; Tempat yang
Bersih dan Terang; Sehari Menunggu Maut; Penjudi, Perawat, dan Radio; Ayah dan
Anak; Di Negeri Asing; Pembunuh Bayaran; Goncangan Jiwa Seorang Bekas Serdadu;
Lima Puluh Ribu Dolar; dan Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat.
Dari ke-10 cerpen tersebut konon yang paling spesial bagi Hemingway sendiri
adalah cepen yang kemudian dijadikan judul antologi, Salju Kilimanjaro.
Cerpen
Salju Kilimanjaro berkisah tentang seorang pengarang dari Amerikabernama Harry
yang sedang stuck menulis dan buruknya lagi diawal cerita ia langsung
digambarkan sedang sekarat karena sesuatu hal kakinya terluka lalu membusuk di Padang
Perburuan Afrika, dekat dengan gunung Kilimanjaro. Sudah dapat ditebak, akhir
dari kisah Harry adalah maut. Seseorang yang sedang menunggu maut di tanah
Afrika, begitulah premis utama dari cerpen Salju Kilimanjaro. Namun tak
sesederhana apa yang dibayangkan, proses yang terjadi dalam kata ‘menunggu’ ini
yang kemudian menjadikan cerpen Salju Kilimanjaro hadirdengan efek mengesankan,
sekaligus mencekam, dimana Hemingway menggambarkan El-Maut membawa kegelisahan
pada Harry, menebarkan bayangan penyesalandi masa lalunya, serta dengan
tiba-tiba menampilkan fatamorgana kebahagiaan semutepat menjelang ajalnya.
Nuansa
yang hampir serupa pun tergambar dalam cerpen penutup, satu cerpen dengan judul
Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat. Kedua tokoh utama dari dua
cerpen ini sama-sama tewas di Padang Perburuan Afrika, yang membedakan Harry di
Cerpen Salju Kilimanjaro tewas didampingi sang istri yang setia, walau sering
jadi objek kemarahan Harry, sedangkan Macomber tokoh utama dengan watak
pengecut dalam cerpenKebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat, justru berakhir
tewas di tangan sang Istri.
Dengan
membaca cerpen-cerpen ini, kita turut membaca tanda-tanda yang ditawarkan
Hemingway dimana simbol antara ikatan suami istri, hidup dan mati, sertaPadang Perburuan
Afrika menjadi latar yang sakral bagi penceritaan Hemingway.
Terlepas
dari kedua cerpen di atas cerpen-cerpen yang termuat dalam kumpulan cerpen
Salju Kilimanjaro seolah-olah telah menjadi rekam autobiografi Hemingway
sendiri, dimana banyak tema penceritaan yang kisahnya dekat dengan kehidupan
asli sang ‘Papa’. Misalnya saja tokoh Nick Adams bekas serdadu yang trauma
pasca perang dunia pertama dalam cerpen Goncangan Jiwa Seorang Bekas Serdadu
yang menurut Melani Budianta (dalam pengantar kumpulan cerpen Salju
Kilimanjaro) merupakan pencitraan atau persona pribadi Hemingway yang nota bene
pernah menjadi serdadu perang.
Penggambaran
alur dan latar disetiap kisah yang disajikan Hemingway selalu memancing
imajinasi, menciptakan nuansa elegan, dan setiap pesan yang berusaha disampaikan
terasa tidak menggurui, mengalir sebagaimana mestinya, dan untuk penerimaan
pesan dikembalikan lagi kepada pembaca. Karena pada dasarnya prosa Hemingway
adalah sajak yang dikisahkan, penuh makna, bergantung kembali pada interpretasi
pembaca.
Selain
itu, teknik ‘lebih banyak memperagakan adegan’ diaripada ‘menguraikan adegan’
adalah suatu kesan yang segera di dapat ketika membaca kumpulan cerpen ini.
Menurut para kritikus sendiri teknik penceritaan yang dipakai Hemingway
dinamakan sebagai gaya ‘objektif’ atau ‘dramatik’. Dimana tidak ada deskripsi
panjang lebar tentang perasaan dan pikiran tokoh. Permainan emosi dan
pergolakan batin hanya dapat diterka dari kalimat dan tindakan para tokoh yang
mengisi dunia fiksi Hemingway.
Dari
penggunaan gaya itu pula Hemingway menuntut para pembacanya unutuk berpikir
keras, bila perlu mengulang kembali
bacaannya, dan secara tidak langsung memutus pasar para pembaca mainstream
dimana pada umumnya para pembaca lebih senang dimanjakan oleh seabreg
penjelasan yang biasanya juga dengan suka rela disajikan oleh para penulis
prosanya itu sendiri.
Bagi
para pencinta ‘pop culture’ ketika membaca bacaan klasik seperti ini tentunya
memberikan sensasi tersendiri. Bagi penulis, setiap nuansa yang dilukiskan
Hemingway, baik dalam cerpen Salju Kilimanjaro, Ayah dan Anak, Kebahagiaan
Hidup Francis Macomber yang Singkat, maupun kisah lainnya telah sedikit
banyaknya mengingatkan pada nuansa yang ditimbulkan film ‘Before Sunrise’ dan
‘Before Sunset’ garapan Richard Linklater tahun 1995 dan 2004.
Kedua
medium itu telah menampilkankekuatan dialog para tokoh yang ada didalam cerita,
dan seolah-olah membebaskan alur cerita untuk dibawa dan diakhiri sesuai dengan
kehendak para tokoh yang bermain di daialmnya.
Henry
tokoh dalam Salju Kilimanjaro dan Francis Macomber mengakhiri kisahnya ditangan
El-Maut. Henri penulis yang sedang stuck dan Francis Macomber pengecut yang
tumpas ditangan sang Istri. Seorang penulis lain kelahiran tahun 1899 yang
konon di usia 61 tahunnya sama seperti Henry sedang mengalami stuck dan sedang
mengalami penurunan kinerja,lalu memilih mengikuti apa yang pernah terjadi
dengan Macomber, menjadi Macomber, sekaligus melakukan peran Istrinya Macomber.
Kejadian ini terjadi pada tahun 1961, penulis itu mempunyai sebutan ‘Papa’. Ia lalu
menumpang pesawat yang sama dengan Harry menuju puncak Kilimanjaro, ‘Ngaje
Ngai’ (Rumah Tuhan).
(Dede)
0 Comments