Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

(Resensi) Salju Kilimanjaro: Tewasnya ‘Papa Hemingway’ Di Padang Perburuan Afrika

For mania mega:



www.megaswarakuningan.com

Salju Kilimanjaro merupakan satu kumpulan cerita pendek karya Ernest Hemingway yang memuat 10 cerpen pilihan. Diantara 10 cerpen yang termuat terdapat beberapa cerpen yang konon merupakan cerpen-cerpen terbaik Hemingway seperti Salju Kilimanjaro; Tempat yang Bersih dan Terang; Pembunuh Bayaran; dan Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat. Disebut terbaik karena cerpen-cerpen tersebut umunya banyak diulas dan dimuat dalam buku teks kesusastraan Inggris.

Membaca dan mengulas karya-karya Hemingway pada dasarnya membutuhkan perjuangannya tersendiri, dimana setiap kisah yang disajikan ‘papa’ (sapaan akrab Ernest Hemingway) tidak mudah diinterpretasi dan dimaknai,mengingatgaya menulis papa yang setia memegang pada prinsip ‘ekonomi kata’ dimana kalimat yang digunakan pendek-pendek dan juga gaya penceritaannya yang cenderung lebih banyak menjelaskan watak dan alur cerita melalui pemeragaan tokohnya dan jarang sekali menyajikannya dalam narasi secara gamblang. Maka tak heran banyak dari pembaca harus mengulangi beberapa kalimat yang telah mereka baca demi memperoleh pemaknaan yang utuh.

Hemingway juga biasa menciptakan tokoh-tokoh dengan karakter yang unik dan memorable.Hampirsetiap tokoh protagonis yang dihadirkan Hemingway seakan-akan menjadi ‘hero’ dalam versi stoik, dimana mereka ditampilkan sebagai karakter yang menderita dan menerima tekananbesar namun berusaha tampil anggun.

 

Data Buku:

Judul buku : Salju Kilimanjaro

Penulis : Ernest Hemingway

Penerjemah : Ursula Gianni Budi Cahya

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Jenis Buku : Kumpulan Cerita Pendek

Tahun Terbit : 2018

Cetekan : Ke-6

Tebal Buku : 334 halaman

Harga Buku : Rp. 50.000,-

 

Kumpulan Cerpen Salju Kiliminjaro terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia ini memuat 10 Cerpen karya Ernest Hemingway, diantaranya: Salju Kilimanjaro; Tempat yang Bersih dan Terang; Sehari Menunggu Maut; Penjudi, Perawat, dan Radio; Ayah dan Anak; Di Negeri Asing; Pembunuh Bayaran; Goncangan Jiwa Seorang Bekas Serdadu; Lima Puluh Ribu Dolar; dan Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat. Dari ke-10 cerpen tersebut konon yang paling spesial bagi Hemingway sendiri adalah cepen yang kemudian dijadikan judul antologi, Salju Kilimanjaro.

Cerpen Salju Kilimanjaro berkisah tentang seorang pengarang dari Amerikabernama Harry yang sedang stuck menulis dan buruknya lagi diawal cerita ia langsung digambarkan sedang sekarat karena sesuatu hal kakinya terluka lalu membusuk di Padang Perburuan Afrika, dekat dengan gunung Kilimanjaro. Sudah dapat ditebak, akhir dari kisah Harry adalah maut. Seseorang yang sedang menunggu maut di tanah Afrika, begitulah premis utama dari cerpen Salju Kilimanjaro. Namun tak sesederhana apa yang dibayangkan, proses yang terjadi dalam kata ‘menunggu’ ini yang kemudian menjadikan cerpen Salju Kilimanjaro hadirdengan efek mengesankan, sekaligus mencekam, dimana Hemingway menggambarkan El-Maut membawa kegelisahan pada Harry, menebarkan bayangan penyesalandi masa lalunya, serta dengan tiba-tiba menampilkan fatamorgana kebahagiaan semutepat menjelang ajalnya.

Nuansa yang hampir serupa pun tergambar dalam cerpen penutup, satu cerpen dengan judul Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat. Kedua tokoh utama dari dua cerpen ini sama-sama tewas di Padang Perburuan Afrika, yang membedakan Harry di Cerpen Salju Kilimanjaro tewas didampingi sang istri yang setia, walau sering jadi objek kemarahan Harry, sedangkan Macomber tokoh utama dengan watak pengecut dalam cerpenKebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat, justru berakhir tewas di tangan sang Istri.

Dengan membaca cerpen-cerpen ini, kita turut membaca tanda-tanda yang ditawarkan Hemingway dimana simbol antara ikatan suami istri, hidup dan mati, sertaPadang Perburuan Afrika menjadi latar yang sakral bagi penceritaan Hemingway.

Terlepas dari kedua cerpen di atas cerpen-cerpen yang termuat dalam kumpulan cerpen Salju Kilimanjaro seolah-olah telah menjadi rekam autobiografi Hemingway sendiri, dimana banyak tema penceritaan yang kisahnya dekat dengan kehidupan asli sang ‘Papa’. Misalnya saja tokoh Nick Adams bekas serdadu yang trauma pasca perang dunia pertama dalam cerpen Goncangan Jiwa Seorang Bekas Serdadu yang menurut Melani Budianta (dalam pengantar kumpulan cerpen Salju Kilimanjaro) merupakan pencitraan atau persona pribadi Hemingway yang nota bene pernah menjadi serdadu perang.

Penggambaran alur dan latar disetiap kisah yang disajikan Hemingway selalu memancing imajinasi, menciptakan nuansa elegan, dan setiap pesan yang berusaha disampaikan terasa tidak menggurui, mengalir sebagaimana mestinya, dan untuk penerimaan pesan dikembalikan lagi kepada pembaca. Karena pada dasarnya prosa Hemingway adalah sajak yang dikisahkan, penuh makna, bergantung kembali pada interpretasi pembaca.

Selain itu, teknik ‘lebih banyak memperagakan adegan’ diaripada ‘menguraikan adegan’ adalah suatu kesan yang segera di dapat ketika membaca kumpulan cerpen ini. Menurut para kritikus sendiri teknik penceritaan yang dipakai Hemingway dinamakan sebagai gaya ‘objektif’ atau ‘dramatik’. Dimana tidak ada deskripsi panjang lebar tentang perasaan dan pikiran tokoh. Permainan emosi dan pergolakan batin hanya dapat diterka dari kalimat dan tindakan para tokoh yang mengisi dunia fiksi Hemingway.

Dari penggunaan gaya itu pula Hemingway menuntut para pembacanya unutuk berpikir keras,  bila perlu mengulang kembali bacaannya, dan secara tidak langsung memutus pasar para pembaca mainstream dimana pada umumnya para pembaca lebih senang dimanjakan oleh seabreg penjelasan yang biasanya juga dengan suka rela disajikan oleh para penulis prosanya itu sendiri.

Bagi para pencinta ‘pop culture’ ketika membaca bacaan klasik seperti ini tentunya memberikan sensasi tersendiri. Bagi penulis, setiap nuansa yang dilukiskan Hemingway, baik dalam cerpen Salju Kilimanjaro, Ayah dan Anak, Kebahagiaan Hidup Francis Macomber yang Singkat, maupun kisah lainnya telah sedikit banyaknya mengingatkan pada nuansa yang ditimbulkan film ‘Before Sunrise’ dan ‘Before Sunset’ garapan Richard Linklater tahun 1995 dan 2004.

Kedua medium itu telah menampilkankekuatan dialog para tokoh yang ada didalam cerita, dan seolah-olah membebaskan alur cerita untuk dibawa dan diakhiri sesuai dengan kehendak para tokoh yang bermain di daialmnya.

Henry tokoh dalam Salju Kilimanjaro dan Francis Macomber mengakhiri kisahnya ditangan El-Maut. Henri penulis yang sedang stuck dan Francis Macomber pengecut yang tumpas ditangan sang Istri. Seorang penulis lain kelahiran tahun 1899 yang konon di usia 61 tahunnya sama seperti Henry sedang mengalami stuck dan sedang mengalami penurunan kinerja,lalu memilih mengikuti apa yang pernah terjadi dengan Macomber, menjadi Macomber, sekaligus melakukan peran Istrinya Macomber. Kejadian ini terjadi pada tahun 1961, penulis itu mempunyai sebutan ‘Papa’. Ia lalu menumpang pesawat yang sama dengan Harry menuju puncak Kilimanjaro, ‘Ngaje Ngai’ (Rumah Tuhan).

(Dede)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close