Recent Tube

Mendengarkan Megaswara 89.8 Fm

Bedah Bumi Manusia, Pandu : Kita Mesti Meniru Minke, Membaca Zaman

For mania mega:


megaswarakuningan.com
Bumi Manusia merupakan roman yang ramai dibincangkan kembali dalam satu tahun terakhir ini. Melalui media film Hanung Bramantyo pada pertengahan 2019 mencoba membumikan Bumi Manusia, dan hasilnya tidak buruk. Walau begitu ternyata masih banyak kaum muda yang tidak mengetahui sumber primer kisah tersebut, terlebih terhadap Pramoedya Ananta Toer. Oleh karena itu untuk memantik semangat berliterasi, maka Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sinergis Uniku, Sabtu (22/02/2020) menggelar acara bedah buku Bumi Manusia dengan tajuk ‘Membaca Kembali Bumi Manusia’

Acara bedah buku yang digelar di gedung Aula FKIP Uniku ini dipandu oleh tiga orang penggiat literasi Kuningan, Pandu Hamzah, Tifani Kautsar, dan Ilham Akbar. Dibalik masa lalu Bumi Manusia yang penuh kontroversi, ketiga pemandu bedah buku ini sepakat bahwa roman Bumi Manusia dapat melampaui zamannya karena kemurnian cara bertutur Pram (sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer) dalam mengisahkan sebuah kisah berlatar belakang sejarah.

“Pram menulis Bumi Manusia tidak hanya mengangkat kisah dengan latar belakang sejarah melainkan dengan murni menghidupkan kembalikisah masa-masa awal perjuangan Indonesia itu. Berbeda dengan buku-buku sejarah pada umumnya yang banyak ditunggangi berbagai macam kepentingan” ujar Tifani ketika memaparkan keunikan Pramoedya dan Bumi Manusia-nya.



Semangat yang ditawarkan Bumi Manusia pun memiliki pesonanya tersendiri. Sebut saja semangat belajar dan semangat emansipasi yang ditunjukan oleh tokoh Nyai Ontosoroh,wanita pribumi istri dari seorang saudagar Belanda.Kemudian semangat nasionalisme dan anti kolonialisme yang ditunjukan oleh sang tokoh utama, Minke. Semua itu dirasa akan selalu dipahami dan akanselalu menjadi pembahasan yang up to date sampai kapanpun.

Pesona dan kepamoran Bumi Manusia menjadi utuh ketika awal penerbitannya terdapat isu bahw roman pertama dari empat serial tetralogi pulau Buru ini mengandung ideologi komunis. Dengan sigap pemerintahan orde baru melalui Mahkamah Agung memberikan cap ‘Bumi Manusia adalah Buku Terlarang’. Walau begitu pada akhirnya pernyataan tersebut dicabut karena baik eksplisit maupun implisit Bumi Manusia tidaklah mengandung paham kiri tersebut.

Kisah Bumi Manusia mengambil latar tahun 1800-an. Masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode kebangkitan nasional. Berkisah tentang pergolakan seorang terpelajar pribumi nyata R.M Tirti Adhi Soerjo yang kemudian disulap dalam tokoh rekaan Minke ketika menghadapi kolonialisme, feodalisme, dan perubahan zaman modern.

Sebagai tokoh utama, Minke merupakan pemuda yang digambarkan sebagai sosok pelajar ideal. Dimana ia mengamati dan mempelajari segala sesuatu dari berbagai sudut pandang dengan satu tujuan melawan kolonialisme dan feodalisme. Minke banyak memahami kondisi pribumi dari sudut pandang Nyai Ontosoroh, dan perkembangan dunia dari mata Sarah dan Miriam de la Croix. Perpaduan pandangan inilah yang menjadi senjata bagi Minke untuk menghadapi perubahan dunia pada awal abad ke-20.

Sebagaimana yang disampaikan Pandu Hamzah, bahwa sejatinya Minke merupakan sosok pengamat, yang mampu membaca situasi sosial, orang-orang, dan membaca perkembangan zaman pada masa itu. Karakter ini pun menurut Pandu merupakan role model bagi anak muda untuk selalu mawas diri dalambersikap terhadap zaman yang terus mengalami perubahan.

“Karena kebiasaan konsumtif kita. Nanti pada suatu saat tiba-tiba kita akan terhenyak, kekuasaan sudah tidak ada pada diri kita, karena kita sudah menjual sawah demi kebutuhan tersier kita, handphone, mobil, motor mewah. Sedangkan sawah kita ujung-ujungnya dimiliki oleh mereka yang memproduksi handphone, mobil, dan motor. Menghadapi semua hal itu akhirnya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita ingin hanyut saja? atau ingin seperti Minke yang menganalisa apa yang sedang terjadi sekarang? Apa yang harus kita lakukan sekarang, agar kita dapat menghadapi zaman yang terus berubah, dan agar anak cucu kita tidak sengsara dikemudian hari?”

Pandu pun menambahkan bahwa anak muda pada dasarnya harus progresif, mampu beradaptasi terhadap perkembangan zaman. Mampu mengkombinasikan berbagai macam pandangan, dan mampu membaca detail zaman secara literasi dengan memposisikan diri sebagai subjek bukan objek.

“Minke itu membaca detail zaman secara literasi. Dia tidak menjadi objek zamannya. Dia menjadi subjek. Berdialektika dengan zaman. Kalau zaman sesuai akan aku lakukan. Kalau tidak, maka apa salahnya jika aku tolak?” jelas Pandu dengan penuh semangat.

Dalam pemaparannya tersebut, Pandu seolah menjelaskan bahwa kita jangan sampai tenggelam dalam romantisme masa lampau. Dimana keberhasilan-keberhasilan yang diraih para pendahulu malah membuat kita terlena dan meninabobokan kemampuan bernalar kita akan perubahan zaman yang sedang terjadi.

Setiap zaman mempunyai problematikanya sendiri-sendiri. Tugas manusia setiap zamannya harus mampu merumuskan apa yang sedang terjadi, dan bagaimana cara menghadapinya/mengatasinya.

Selain melalui karakter/watak tiap tokohnya, Pram juga merupakan sastrawan yang cukup konsisten dalam berkarya sehingga akhirnya jadi idola dan panutan bagi para sastrawan/penulis muda. Semangat Pram ketika berkarya setidaknya terlihat dalam proses terciptanya Bumi Manusia. Pada tahun 1969 Pram ditahan, diasingkan, dan dikirim ke pulau Buru, Maluku sebagai tahanan politik. Di tempat paling purba dengan segala tekanan itulah Pram menyusun dan melahirkan Bumi Manusia.

Pada dasarnya dengan adanya bedah bukuyang dilaksanakan LPM Sinergis Uniku, diharapkanmampu memantik semangat bagi mereka yang belum membaca untuk membaca salah satu warisan sastra klasik Indonesia,Bumi Manusia. Kemudian mengobarkan semangat bagi mereka yang sudah membaca untuk mempelajari dan memahami kembali pesan dan pengajaran yang berusaha disampaikan Pram dalam Bumi Manusia 

( Dede Rudiansah )






Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

close